PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar
di sekolah tidak terlepas dari metode pembelajaran. Keberhasilan dalam proses
pembelajaran ditentukan oleh banyak hal, salah satunya ialah metode
pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang
diajarkan menjadi salah satu pendukung keberhasilan dalam pembelajaran.
Metode dan model
pembelajaran hendaknya besifat menyenagkan dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Sebagaimana
menurut Mel Silberman (Dimyati, 2007: 21) “belajar membutuhkan keterlibatan
mental dan tindakan pelajar itu sendiri”. Pembelajaran bukan terpusat pada guru
(teacher learning).
Menutu pengamatan awal
peneliti di lapangan, metode pembelajaran yang paling banyak digunakan ialah
metode pembelajaran yang bersifat kovensional yakni ceramah dan tanya jawab.
Demikian pula yang terjadi dalam pembelajaran Sosiologi lebih banyak menggunakan
metode ceramah yang berfokus pada guru dan kurang melibatkan siswa secara
aktif. Sebagian besar siswa menganggap bahwa pelajaran sosiologi rendah dan
tidak diperlukan, membosankan, kurang menantang dan tidak bermakna serta tidak
bermanfaat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Daya kreasi siswa dan
guru pun masih kecil. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sangat rendah.
Hal ini mengakibatkan bahwa pembelajaran sosiologi tidak memberikan makna
secara permanen bagi siswa.
Menurut
Narwoko dan Bagong (2005: 25) dalam bukunya yang berjudul Teks dan Pengantar Sosiologi, tujuan pembelajaran sosiologi ialah:
(1) Dapat mengkaji peran kita di dalam masyarakat serta dapat melihat dunia
atau budaya lain yang belum diketahui sebelumnya. (2) Dapat memahami norma,
tradisi dan keyakinan serta nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain dan
lebih memahami perbedaan yang ada. (3) Dapat mengetahui dan memahami berbagai
situasi dan masalah-masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan. (4)
Dapat memberikan sumbangan nyata dalam proses pembangunan nasional, khususnya
dalam membantu warga masyarakat dan pemerintah dalam proses pengendalian sosial
demi tetap terpeliharanya keteraturan dan ketertiban sosial. Sosiologi bukan
hanya ilmu murni tetapi juga termasuk ilmu terapan. Kajian sosiologi tidak
hanya bertujuan mengembangkan teori sosiologi, tetapi juga bertujuan untuk
mencari alternatif pemecahan masalah-masalah sosial yang terjadi.
Mengingat pentingnya
tercapainya tujuan pembelajaran sosiologi bagi perkembangan masyarakat, maka
pembelajaran sosiologi di sekolah perlu dikemas dengan metode dan model
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran
diperlukan keaktifan siswa agar pembelajaran dapat memberikan makna bagi siswa.
Sebagaimana yang
dikemukakan Lubis (2004 : 22) “kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan
interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, siswa dengan
guru dan lain sebagainya dalam satu kesatuan waktu dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan”. Proses pembelajaran harus melibatkan
siswa secara aktif agar dapat memberikan makna bagi siswa.
Mengajar menuntut
kecakapan para guru dalam hal membangun komunikasi yang efektif antara guru
dengan peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap penilaian. Selain itu pula
dituntut tindak lanjut agar tujuan pembelajaran tercapai.
Proses pembelajaran
hendaknya menyenangkan bagi siswa sehingga dapat membangkitkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran dan hasil belajar juga dapat ditingkatkan. Kenyataan
tidak demikian pada pembelajaran Sosiologi di kelas XI IPS SMAN 1 Jaro, dalam
proses pembelajaran keaktifan siswa sangat rendah, terlihat dari kemampuan dan
keberanian siswa menyampaikan pendapatnya sangat kurang. Sementara hasil
evaluasi sosiologi siswa kelas XI IPS masih di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yakni 63. Siswa yang mendapat niilai 40 sebanyak 3 orang, nilai
50 sebanyak 3 orang, nilai 60 sebanyak
12 orang dan nilai 70 sebanyak 8 orang. Siswa yang berhasil mencapai standar
KKM hanya 8 orang.
Untuk
meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran, maka guru harus
melakukan variasi model pembelajaran. Salah satu cara yang cukup efektif adalah melalui model
pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI). Dengan pembelajaran berbasis masalah dengan media audiovisual, maka
diharapkan dapat menimbulkan keaktifan siswa dan berujung pada meningkatnya
hasil belajar siswa.
Penelitian
tentang PBI telah dilakukan oleh Fadlullah (2011: 128) bahwa keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran menggunakan model PBI mengalami peningkatan. Penerapkan
model PBI mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep pemeliharaan dan
pelestarian alam. Penelitian yang sama juga telah dilakukan oleh Nila Zuardi
(2011: 98) bahwa model PBI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD
Betung pada materi pokok energi panas dan bunyi.
Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran PBI di kelas
XI IPS SMA Negeri 1 Jaro dalam
mata pelajaran Sosiologi pada materi masyarakat multikultural.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar