Selasa, 27 Agustus 2013

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran sosiologi materi masyarakat multikultural di SMAN 1 Jaro


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar di sekolah tidak terlepas dari metode pembelajaran. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh banyak hal, salah satunya ialah metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan menjadi salah satu pendukung keberhasilan dalam pembelajaran.
Metode dan model pembelajaran hendaknya besifat menyenagkan dan melibatkan siswa  secara aktif dalam pembelajaran. Sebagaimana menurut Mel Silberman (Dimyati, 2007: 21) “belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri”. Pembelajaran bukan terpusat pada guru (teacher learning).
Menutu pengamatan awal peneliti di lapangan, metode pembelajaran yang paling banyak digunakan ialah metode pembelajaran yang bersifat kovensional yakni ceramah dan tanya jawab. Demikian pula yang terjadi dalam pembelajaran Sosiologi lebih banyak menggunakan metode ceramah yang berfokus pada guru dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Sebagian besar siswa menganggap bahwa pelajaran sosiologi rendah dan tidak diperlukan, membosankan, kurang menantang dan tidak bermakna serta tidak bermanfaat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Daya kreasi siswa dan guru pun masih kecil. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sangat rendah. Hal ini mengakibatkan bahwa pembelajaran sosiologi tidak memberikan makna secara permanen bagi siswa.
Menurut Narwoko dan Bagong (2005: 25) dalam bukunya yang berjudul Teks dan Pengantar Sosiologi, tujuan pembelajaran sosiologi ialah: (1) Dapat mengkaji peran kita di dalam masyarakat serta dapat melihat dunia atau budaya lain yang belum diketahui sebelumnya. (2) Dapat memahami norma, tradisi dan keyakinan serta nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain dan lebih memahami perbedaan yang ada. (3) Dapat mengetahui dan memahami berbagai situasi dan masalah-masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan. (4) Dapat memberikan sumbangan nyata dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam membantu warga masyarakat dan pemerintah dalam proses pengendalian sosial demi tetap terpeliharanya keteraturan dan ketertiban sosial. Sosiologi bukan hanya ilmu murni tetapi juga termasuk ilmu terapan. Kajian sosiologi tidak hanya bertujuan mengembangkan teori sosiologi, tetapi juga bertujuan untuk mencari alternatif pemecahan masalah-masalah sosial yang terjadi.
Mengingat pentingnya tercapainya tujuan pembelajaran sosiologi bagi perkembangan masyarakat, maka pembelajaran sosiologi di sekolah perlu dikemas dengan metode dan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran diperlukan keaktifan siswa agar pembelajaran dapat memberikan makna bagi siswa.
Sebagaimana yang dikemukakan Lubis (2004 : 22) “kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, siswa dengan guru dan lain sebagainya dalam satu kesatuan waktu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan”. Proses pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif agar dapat memberikan makna bagi siswa.
Mengajar menuntut kecakapan para guru dalam hal membangun komunikasi yang efektif antara guru dengan peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap penilaian. Selain itu pula dituntut tindak lanjut agar tujuan pembelajaran tercapai.
Proses pembelajaran hendaknya menyenangkan bagi siswa sehingga dapat membangkitkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar juga dapat ditingkatkan. Kenyataan tidak demikian pada pembelajaran Sosiologi di kelas XI IPS SMAN 1 Jaro, dalam proses pembelajaran keaktifan siswa sangat rendah, terlihat dari kemampuan dan keberanian siswa menyampaikan pendapatnya sangat kurang. Sementara hasil evaluasi sosiologi siswa kelas XI IPS masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 63. Siswa yang mendapat niilai 40 sebanyak 3 orang, nilai 50  sebanyak 3 orang, nilai 60 sebanyak 12 orang dan nilai 70 sebanyak 8 orang. Siswa yang berhasil mencapai standar KKM hanya 8 orang.
Untuk meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran, maka guru harus melakukan variasi model pembelajaran. Salah satu cara yang  cukup efektif adalah melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Dengan pembelajaran berbasis masalah dengan media audiovisual, maka diharapkan dapat menimbulkan keaktifan siswa dan berujung pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Penelitian tentang PBI telah dilakukan oleh Fadlullah (2011: 128) bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model PBI mengalami peningkatan. Penerapkan model PBI mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep pemeliharaan dan pelestarian alam. Penelitian yang sama juga telah dilakukan oleh Nila Zuardi (2011: 98) bahwa model PBI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Betung pada materi pokok energi panas dan bunyi.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran PBI di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jaro dalam mata pelajaran Sosiologi pada materi masyarakat multikultural.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar